Sunday, 13 October 2013

Pernikahan adat Surakarta

Pernikahan adat Surakarta

Pernikahan adat Jawa - Surakarta memiliki tata cara yang khas. Dalam keluarga tradisional, upacara pernikahan dilakukan menurut tradisi turun-temurun yang terdiri dari banyak sub-upacara.


Lamaran
Keluarga calon mempelai pria mendatangi (atau mengirim utusan ke) keluarga calon mempelai perempuan untuk melamar putri keluarga tersebut menjadi istri putra mereka. Pada acara ini, kedua keluarga jika belum saling mengenal dapat lebih jauh mengenal satu sama lain, dan berbincang-bincang mengenai hal-hal yang ringan. Biasanya keluarga dari calon mempelai perempuan yang mempunyai hak menentukan lebih banyak, karena merekalah yang biasanya menentukan jenis pernikahannya:
·         Paes Agung yaitu pernikahan agung
·         Paes Kesatriyan yaitu pernikahan jenis ksatria yang lebih sederhana
Jika lamaran diterima, maka kedua belah pihak akan mulai mengurus segala persiapan pernikahan.

Persiapan Pernikahan
Setelah lamaran diterima, maka hal selanjutnya yang dilakukan adalah mempersiapkan pesta pernikahan. Pesta pernikahan Jawa adat Surakarta yang lengkap memerlukan banyak hal, dan pesta tersebut tidak dapat terlaksana tanpa bantuan seorang profesional. Orang yang bertanggung jawab mengatur segala persiapan pernikahan adat Jawa tersebut disebut Pemaes yang mewakili mempelai perempuan. Pemaes atau juru rias ini antara lain bertanggung jawab mengatur pakaian dan rias muka yang akan dikenakan oleh kedua pengantin. Selain itu panitia yang terdiri dari sang Pemaes dan kerabat-kerabat dekat pengantin juga mengatur berbagai hal seputar pesta yang akan dilangsungkan:
·         makanan dan minuman yang akan disajikan
·         tari-tarian dan musik (biasanya musik gamelan)yang akan mengiringi pesta
·         pembawa acara (emcee) yang akan diundang
·         acara Siraman
·         acara Ijab dan saksi-saksinya
·         kata sambutan
·         keamanan, transportasi, komunikasi, dokumentasi
·         sewa gedung (akomodasi), perlengkapan pesta, dan lain sebagainya
·         dekorasi tempat pernikahan
Hal terpenting yang harus mereka persiapkan adalah acara Ijab (upacara pernikahan sipil), yang melegitimasi kedua pasangan sebagai suami dan istri yang sah.


Hiasan Pernikahan
Sehari sebelum pernikahan, biasanya gerbang rumah pengantin perempuan akan dihiasi janur kuning yang terdiri dari berbagai macam tumbuhan dan daun-daunan:
·         pohon pisang dengan setandan pisang masak pada masing-masing pohon, melambangkan suami yang akan menjadi kepala rumah tangga yang baik dan pasangan yang akan hidup baik dan bahagia dimanapun mereka berada (seperti pohon pisang yang mudah tumbuh dimanapun).
·         Tebu Wulung atau tebu merah, yang berarti keluarga yang mengutamakan pikiran sehat.
·         Cengkir Gading atau buah kelapa muda, yang berarti pasangan suami istri akan saling mencintai dan saling menjagai dan merawat satu sama lain.
·         Berbagai macam daun seperti daun beringin, daun mojo-koro, daun alang-alang, dadap serep, sebagai simbol kedua pengantin akan hidup aman dan keluarga mereka terlindung dari mara bahaya.
Selain itu di atas gerbang rumah juga dipasang bekletepe yaitu hiasan dari daun kelapa untuk mengusir roh-roh jahat dan sebagai tanda bahwa ada acara pernikahan sedang berlangsung di tempat tersebut. Sebelum Tarub dan janur kuning tersebut dipasang, sesajen atau persembahan sesajian biasanya dipersiapkan terlebih dahulu. Sesajian tersebut antara lain terdiri dari: pisangkelapaberas,daging sapitempebuah-buahanrotibunga, bermacam-macam minuman termasuk jamu, lampu, dan lainnya.
Arti simbolis dari sesajian ini adalah agar diberkati leluhur dan dilindungi dari roh-roh jahat. Sesajian ini diletakkan di tempat-tempat dimana upacara pernikahan akan dilangsungkan, sepertikamar mandidapur, pintu gerbang, di bawah Tarub, di jalanan di dekat rumah, dan sebagainya. Dekorasi lain yang dipersiapkan adalah Kembar Mayang yang akan digunakan dalam upacara panggih

Upacara Siraman
Acara yang dilakukan pada siang hari sebelum Ijab atau upacara pernikahan ini bertujuan untuk membersihkan jiwa dan raga. Siraman biasanya dilakukan di kamar mandi atau taman keluarga masing-masing dan dilakukan oleh orang tua atau wakil mereka.
Ada tujuh Pitulungan atau penolong (Pitu artinya tujuh)- biasanya tujuh orang yang dianggap baik atau penting - yang membantu acara ini. Airnya merupakan campuran dari kembang setaman yang disebut Banyu Perwitosari yang jika memungkinkan diambil dari tujuh mata air dan melambangkan kehidupan. Keluarga pengantin perempuan akan mengirim utusan dengan membawa Banyu Perwitosari ke kediaman keluarga pengantin pria dan menuangkannya di dalam rumah pengantin pria. Acara siraman diawali oleh orang tua dan ditutup oleh Pemaes yang kemudian dilanjutkan dengan memecahkan kendi. Banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum acara dimulai:
·         Tempat air dari perunggu atau tembaga yang berisi air dari tujuh mata air.
·         Kembang setaman yaitu bunga-bunga seperti mawarmelaticempakakenanga, yang ditaruh di air.
·         Aroma lima warna yang digunakan sebagai sabun.
·         Sabun cuci rambut tradisional dari abu dari merangsantan, dan air asam Jawa.
·         Gayung yang berasal dari kulit kelapa sebagai ciduk air.
·         Kursi yang dilapisi tikar, kain putih, dedaunan, kain lurik untuk tempat duduk pengantin selama prosesi berlangsung.
·         Kain putih untuk dipakai selama upacara siraman.
·         Baju batik untuk dipakai setelah uparaca siraman.
·         Kendi.
·         Sesajian : hal yang dianggap penting dalam upacara Jawa. Sesajian untuk siraman terdiri dari berbagai macam sajian:
·         Tumpeng Robyongnasi kuning dengan hiasan-hiasan.
·         Tumpeng Gundhul, nasi kuning tanpa hiasan.
·         Makanan seperti ayam, tahu, telur.
·         Buah-buahan seperti pisang dan lain-lain.
·         Kelapan muda.
·         Tujuh macam bubur.
·         Jajanan seperti kue manis, lemper, cendol.
·         Seekor ayam jago
·         Lampu lentera
·         Kembang Telon - tiga macam bunga (kenanga, melati, cempaka).
Urut-urutan acara siraman adalah sebagai berikut:
·         Pengantin pria / perempuan dengan rambut terurai keluar dari kamarnya diiringi oleh orang tuanya masing-masing.
·         Pengantin tersebut berjalan menuju tempat siraman.
·         Beberapa orang berjalan di belakang mereka membawa baju batik, handuk, dan sebagainya.
·         Pengantin tersebut duduk di kursi dan memanjatkan doa.
·         Sang ayah memandikan sang pengantin, disusul oleh sang ibu.
·         Sang pengantin duduk dengan kedua tangan diletakkan di depan dalam posisi berdoa.
·         Mereka menuangkan air ke atas tangannya dan sang pengantin berkumur tiga kali.
·         Lalu mereka menuangkan air ke atas kepalanya, muka, telinga, leher, tangan dan kaki masing masing tiga kali.
·         Setelah orang tua menyelesaikan prosesi siraman disusul oleh empat orang lain yang dianggap penting.
·         Orang terakhir yang memandikan sang pengantin adalah Pemaes atau orang lain yang dianggap spesial. Sang pengantin dimandikan dengan sabun dan shampo (secara simbolik).
·         Setelah itu acara pecah kendi yang dilakukan oleh ibu pengantin perempuan.
·         Sang pengantin akan mengenakan baju batik kemudian diiringi kembali ke kamar pengantin dan bersiap siap untuk acara Midodaren

Pecah Kendi : Kendi yang digunakan untuk siraman diambil. Ibu pengantin perempuan atau Pameas(untuk siraman pengantin pria) atau orang yang terakhir akan memecahkan kendi dan mengatakan: "Wis Pecah Pamore" - artinya sekarang sang pengantin siap untuk menikah.

Pangkas Rikma lan Tanam Rikma : Acara memotong sedikit rambut pengantin perempuan dan potongan rambut tersebut ditanam di rumah belakang.

Ngerik : Setelah acara Siraman, pengantin perempuan duduk di dalam kamarnya. Pemaes lalu mengeringkan rambutnya dan memberi pewangi di rambutnya. Rambutnya lalu disisir dan digelung atau dibentuk konde. Setelah Pameas mengeringkan wajah dan leher sang pengantin, lalu ia mulai mendandani wajah sang pengantin. Lalu sang pengantin akan dipakaikan baju kebaya dan kain batik. Sesajian untuk upacara Ngerik pada dasarnya sama untuk acara siraman. Biasanya supaya lebih mudah sesajian untuk siraman digunakan / dimasukkan ke kamar pengantin dan dipakai untuk sesajian upacara Ngerik.

Gendhongan : Kedua orang tua pengantin perempuan menggendong anak mereka yang melambangkan ngentaske artinya mengentaskan seorang anak

Dodol Dhawet : Kedua orang tua pengantin wanita berjualan minuman dawet yaitu minuman manis khas Solo, tujuannya agar banyak tamu yang datang.

Temu Panggih : Penyerahan pisang sanggan berupa gedung ayu suruh ayu sebagai tebusan atau syarat untuk pengantin perempuan.

Penyerahan Cikal: Sebagai tanda agar kehidupan mendatang menjadi orang berguna dan tak kurang suatu apapun.

Penyerahan Jago Kisoh : Sebagai tanda melepaskan anak dengan penuh ikhlas.

Tukar Manuk Cengkir Gading : Acara tukar menukar kembang mayang diawali tukar menukar manuk cengkir gading, sebagai simbol agar kedua pengantin menjadi pasangan yang berguna bagi keluarga dan masyarakat


Upacara Midodaren
Acara ini dilakukan pada malam hari sesudah siramanMidodaren berarti menjadikan sang pengantin perempuan secantik dewi Widodari. Pengantin perempuan akan tinggal di kamarnya mulai dari jam enam sore sampai tengah malam dan ditemani oleh kerabat-kerabatnya yang perempuan. Mereka akan bercakap-cakap dan memberikan nasihat kepada pengantin perempuan. Orang tua pengantin perempuan akan memberinya makan untuk terakhir kalinya, karena mulai besok ia akan menjadi tanggung jawab suaminya.

Peningsetan à Peningsetan yang berasal dari kata 'singset' atau langsing, memiliki arti untuk mempersatukan; Kedua keluarga mempelai setuju untuk kedua anak mereka disatukan dalam tali pernikahan. 

Nyantri : Nyantri dilakukan untuk alasan keamanan dan praktis, mengingat bahwa besok paginya calon pengantin akan didandani dan dipersiapkan untuk acara Ijab dan acara-acara lainnya.


Upacara Ijab
Ijab atau ijab kabul adalah pengesahan pernihakan sesuai agama pasangan pengantin. Secara tradisi dalam upacara ini keluarga pengantin perempuan menyerahkan / menikahkan anaknya kepada pengantin pria, dan keluarga pengantin pria menerima pengantin wanita dan disertai dengan penyerahan emas kawin bagi pengantin perempuan. Upacara ini disaksikan oleh pejabat pemerintah atau petugas catatan sipil yang akan mencatat pernikahan mereka di catatan pemerintah.

No comments:

Post a Comment